Kisah Pilu, Wahono: Sosok Guru SD Penuh Pengabdian yang Tinggal di Gudang Sekolah Foto: Wahono, Guru SD yang tinggal di Gudang Sekolah dan Ketua DPRD Kota Malang saat ditemui di kantornya. (Doc.Istimewa/Bratapos.com)
Bratapos / Pendidikan

Kisah Pilu, Wahono: Sosok Guru SD Penuh Pengabdian yang Tinggal di Gudang Sekolah

Terbit : 04-Jan-2025, 17:52 WIB // Pewarta : Arif, Editor : Arif // Viewers : 253 Kali

Kota Malang || lintasselatan.bratapos.com – Guru adalah pondasi utama atau ujung tombak dalam membangun Sumber daya Manusia (SDM) yang unggul di masa depan. Tindakan apa yang akan dilakukan oleh Kementerian Pendidikan di Pemerintahan Presiden Prabowo saat ini jika menemukan permasalahan dari sosok seorang Guru pengajar yang memiliki segudang prestasi serta dedikasi kedisiplinan yang patut dijadikan contoh oleh Guru-Guru yang lainnya yang seharusnya mendapatkan perhatian dari Kepala Dinas Pendidikan Kota Malang, Jawa Timur, namum sayangnya itu tidak pernah terjadi.

 

Kepada awak media, sosok sederhana Guru SDN 1 Cemorokandang, Kota Malang, Wahono menyampaikan bahwa dirinya mengabdi sebagai Guru sejak Tahun 2008, bahkan mencapai status Pegawai Negeri Sipil (PNS). Ironisnya, ia hanya tinggal di gudang sekolah selama bertahun-tahun tanpa fasilitas yang layak.

 

Menjelang masa purna bakti, Wahono kembali mendapatkan pukulan telak dengan mendapatkan SK mutasi dipindah tertanggal 2 september 2024, yang bersangkutan di panggil Diknas Kota Malang untuk mengambil SK Tanggal 23 September 2024 untuk mengajar sekolah di SDN 4 Blimbing, Kota Malang.

 

Tidak sampai disitu, perjalanan Wahono kembali mendapatkan pukulan telak ketika pada Rabu, Tanggal 16 Oktober 2024, Diknas Kota Malang terjun kelapangan didampingi oleh perwakilan dari Diknas kota Malang serta didampingi oleh Kepala Sekolah SDN 4 Blimbing, Bibit Ria Rullaila, SP.d,MP.d berupaya untuk bertemu dengan Wahono.

 

"Saya dipanggil Kepala Sekolah dan waktu saya memenuhi panggilan ternyata sudah ada orang Dinas, Pak Tuju, Kabid dan Pak Erik (Sekda) menanyakan kontrakan dan mutasi saya. Disampaikan juga oleh mereka berdua bahwa ASN itu harus siap dimutasi dimana saja," kata Wahono saat ditemui di rumah kontrakannya, Jum'at (3/1/2025) siang.

 

"Segera untuk mencari kontrakan untuk meninggalkan Gudang SDN Cemorokandang 1 Kota Malang," tambahnya. 

 

Wahono memang selama ini tinggal di Gudang Sekolah SDN 1 Cemorokandang bukan di rumah Dinas. Kini, ia diminta meninggalkan tempat tinggalnya tanpa ada bantuan atau solusi dari pihak terkait. Mereka meminta Wahono keluar dari gudang yang sudah ia tempati sejak 2008. Bahkan hanya disuruh mencari kontrakan tanpa bantuan apa pun. Wahono sendiri sudah berencana mencari kontrakan, tetapi masih menunggu terkumpulnya biaya.

 

Terpisah, Komite Sekolah SDN 1 Cemorokandang, Khoiriah mengatakan, jika pihak terkait tidak membantu, kami Komite Sekolah siap menyediakan tempat tinggal gratis untuk Pak Wahono di rumah kami, yang penting anak-anak tetap bisa belajar dengan beliau.

 

"Perintah tersebut terasa sangat tidak manusiawi mengingat kondisi Pak Wahono yang tinggal di gudang sekolah dengan segala keterbatasannya. Beliau butuh waktu dan biaya untuk mencari tempat tinggal, bukan hanya sekadar disuruh pindah begitu saja," ungkapnya.

 

Lebih lanjut, Khoiriah mengatakan, bagi wali murid dan siswa, Pak Wahono bukan hanya Guru, tetapi juga sosok yang membawa inspirasi dan semangat. Perlakuan yang diterimanya dari pihak terkait dianggap tidak mencerminkan penghormatan terhadap pengabdian seorang Guru.

 

“Pak Wahono adalah manusia yang punya hati dan perasaan. Kami sangat prihatin melihat kondisi beliau. Seorang guru tanpa tempat tinggal dan dipaksa menghadapi keadaan seperti ini sungguh tidak pantas,” ucapnya.

 

Lantas bagaimana kaca mata Dinas Pendidikan, khususnya Kepala Dinas Kota Malang melihat kejadian ini, apakah hanya membisu pura pura tuli dan buta?!, seharusnya memikirkan atau memberikan reward atas dedikasinya serta loyalitas atas kinerja Wahono, mengingat Wahono memberikan serta membawa segudang prestasi selama mengajar.

 

Kisah sosok Guru, Wahono mengingatkan kita akan pentingnya penghargaan kepada Guru sebagai pilar pendidikan bangsa, yang kerap masih jauh dari perhatian.

 

Sementara itu, Ketua DPRD Kota Malang, Amithya Ratnanggani Siraduhitta didampingi Anggota DPRD kota Malang Fraksi PDI perjuangan Harvard Kurniawan Ramadhan SH menyampaikan, yang jelas kita tinggal satu titik lagi datang ke Dinas Pendidikan Kota Malang membahas secara komprehensif, yang kemarin kita lakukan masih menyampaikan hal yang pokok, artinya kasus dibalik itu apa karena dimutasi tidak mau keluar dari sekolah itu.

 

"Termasuk kita mau menanyakan karena surat mutasi itu kan pasti ada tanggalnya, kemarin kita minta data itu. Kita fair, kita ingin melihat surat mutasinya Pak Wahono dari SDN 1 Cemorokandang ke SDN 4 Blimbing tanggal dan bulan berapa," ujar Ketua DPRD Kota Malang saat ditemui di ruang kerjanya, Jum'at (3/1/2025) siang.

 

Ditempat yang sama, Harvard Kurniawan Ramadhan SH, menerangkan, kalau memang surat mutasi itu keluar sebelum kasus pelaporan pemukulan atau rame-rame itu memang mutasinya direncanakan dari awal. 

 

"Tapi kalau mutasinya Karena ramai Pak Wahono di Medsos terkait tinggal di Gudang Sekolah dan masalah pemukulan ke siswa otomatis kami di Dewan merasa curiga. Tapi pada dasarnya ada mediasi yaitu dihadiri oleh wali murid. Kami mohon waktu karena memang diakhir tahun kemarin banyak giat khususnya PDI perjuangan," pungkasnya. (Zen/Conk Arif/Tim)


Pilihan Untukmu